Suatu malam, di Kufah, suara gaduh terdengar nyaring. Suara itu bersumber dari sebuah rumah kecil di tengah pemukiman penduduk. Rumah itu milik seorang tukang sepatu. Sepanjang hari ia bekerja dan menjelang malam ia membawa oleh2 berupa daging untuk di masak/seekor ikan besar untuk di bakar.
Selesai makan, ia lalu bernyanyi sambil menari.Ia berhenti bernyanyi setelah ia merasa terkantuk dan tertidur pulas. Di sebelahnya terdapat rumah seorang sufi ternama. Ia tentu merasa terganggu atas perilaku laki2 itu. Ia tidak dapat menjalankan ibadah dengan tenang di malam hari. Namun begitu, ia diamkan saja.
Pada suatu malam, sang sufi tidak mendengar tetangganya itu bernyanyi seperti biasnya. Saat ia keluar untuk mencari kabar. Ternyata, menurut keterangan tetangga lain, ia baru saja di tangkap polisi, ia tengah di tahan.
Selesai shalat Shubuh, ketika hari masih pagi, sang sufi berangkat ke istana. Ia ingin menemui Amir Kufah. Di sana ia disambut dengan penuh khidmat dan hormat. Sang Amir sendiri yang berkenan menemuinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang Amir. "Tetanggaku tukang sepatu kemarin di tangkap polisi. Tolong lepaskan ia dari tahanan Amir" pinta sang Sufi "Baiklah,"kata sang Amir yang segera menyuruh sipir penjara untuk melepaskan tetangganya yang baru di tangkap kemarin.
Sang Sufi lalu pulang. Sementara itu, si tukang sepatu berjalan kaki di belakangnya. Ketika tiba di rumah, sang Sufi berkata "Bagaimna? Aku tidak mengecewakanmu kan?" "Tidak, bahkan sebaliknya,"jawabnya ia menambahkan,"Terima kasih. Semoga Alloh memberimu balasan kebajikan"
Sejak saat itu ia tidak lagi mengulangi kebiasaan bernyanyi dengan suara keras sampai larut malam. Setelah itu, sang Sufi merasa lebih khusuk menjalankan ibadahnya setiap malam. Sufi itu tak lain adalah Imam Abu Hanifah.
Sekelumit kisah ini memberi pelajaran berharga bagi kita. Pertama, tentang toleransi. Sang Sufi, dengan sikapnya yang penuh sahaja, memberi pengajaran secara aplikatif tentang tolernsi. Kedua tentang dakwah bilhal (berdakwah dengan tindakan).Dakwah seperti ini merujuk pada dakwah yg dilakukan Nabi dalam mengingatkan orang yang berperilaku salah. Ketiga, tentang hidup bertetangga. Dalam hidup bermasyarakat. Kita harus saling memahami dan mengerti tentang kondisi tetangga kita. Dalam kebebasan hidup yang kita miliki, ada hak orang lain yang juga harus kita hargai. Sumber : Majalah Hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar